Laporan Observasi Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan
Identitas Pengamatan
Lokasi: Kantin Kampus Universitas Indonesia, Depok
Waktu Pengamatan: Selasa, 17 Desember 2024, pukul 12.00-13.30 WIB (90 menit)
Kondisi: Jam makan siang puncak, estimasi 200+ mahasiswa dan staf berkunjung
Metode: Observasi non-partisipatif dengan pencatatan sistematis
Tahap 2: Hasil Pengamatan dan Pencatatan
| No. | Perilaku Konsumsi Tidak Berkelanjutan | Frekuensi/Tingkat Kejadian | Dampak Negatif Utama |
|---|---|---|---|
| 1 | Penggunaan kemasan styrofoam untuk makanan take away - Mahasiswa memesan nasi goreng/ayam penyet dibungkus styrofoam + plastik untuk kuah, meskipun makan di area kantin (tidak benar-benar "dibawa pergi"). Estimasi 70% pembeli meminta take away meski makan di tempat. | Sangat Sering (≈120 transaksi dalam 90 menit) | • Sampah non-biodegradable: Styrofoam butuh 500+ tahun terurai • Microplastic pollution: Styrene monomer mencemari makanan panas • Volume sampah tinggi: Tempat sampah overflowing setiap 30 menit |
| 2 | Pemborosan makanan (food waste) - Mahasiswa meninggalkan 30-50% nasi/lauk di piring. Banyak yang memesan porsi besar karena "harga sama" tetapi tidak menghabiskan. Sisa makanan langsung dibuang ke tempat sampah campur (tidak ada pemisahan organik). | Sering (≈40% dari total pengunjung meninggalkan sisa signifikan) | • Kehilangan nilai ekonomi: Estimasi 15-20 kg makanan terbuang per hari • Emisi metana: Decomposisi di landfill tanpa composting • Pemborosan resources: Air, energi, lahan pertanian terbuang percuma |
| 3 | Penggunaan sedotan plastik dan cup plastik untuk minuman - Setiap pembelian es teh/kopi menggunakan cup plastik PP #5 + tutup plastik + sedotan plastik, meski konsumen duduk makan di tempat 20-30 menit. Tidak ada opsi gelas/mug reusable. | Sangat Sering (≈150 cup/jam pada 3 gerai minuman) | • Single-use plastic waste: 1.200+ cup per hari hanya dari kantin ini • Marine pollution: Sedotan plastik masuk waterways → laut • Sulit didaur ulang: Cup berlapis lilin/PE tidak diterima waste banks |
| 4 | Pengambilan tissue berlebihan - Konsumen mengambil 10-20 lembar tissue sekali ambil dari dispenser (padahal hanya butuh 2-3 lembar). Banyak yang tidak terpakai dan dibuang. Tidak ada kontrol dispensing. | Sering (≈60% konsumen mengambil berlebihan) | • Deforestasi: Tissue dari virgin pulp (bukan recycled) • Pemborosan air: Produksi 1 kg tissue = 5-10 liter air • Sampah kertas: Tercampur dengan sampah basah → tidak bisa didaur ulang |
| 5 | Pembelian produk sachetan (kecap, sambal, gula, kopi instan) - Mahasiswa membeli kopi sachetan 3-in-1 dan langsung membuang kemasan plastik aluminium foil. Warung menyediakan kecap/sambal dalam sachet sekali pakai (5-10 ml) bukan dispenser/botol refillable. | Sering (≈80 sachet terbuang per jam dari 2 warung kopi) | • Multi-layer plastic: Tidak bisa didaur ulang (aluminium + plastic laminate) • Microplastic masuk pangan: Residu packaging dalam produk • Biaya tinggi per unit: Sachet 3x lebih mahal per ml vs bulk |
Tahap 3: Analisis dan KesimpulanA. Analisis Penyebab (3 Perilaku Teratas)1. Penggunaan Styrofoam untuk Take Away (Meski Makan di Tempat)Penyebab Utama: a) Convenience Culture & Perceived Hygiene b) Tidak Ada Insentif/Disinsentif Ekonomi c) Infrastruktur Pencucian Terbatas 2. Pemborosan Makanan (Food Waste)Penyebab Utama: a) Pricing Strategy "Flat Rate" b) Lack of Awareness tentang Food Waste Impact c) Social & Time Pressure 3. Penggunaan Cup Plastik & Sedotan (Meski Minum di Tempat)Penyebab Utama: a) Default Choice & Operational Efficiency b) Tidak Ada Alternatif Infrastruktur c) Low Perceived Cost B. Rekomendasi Solusi PraktisSolusi 1: Sistem Deposit-Refund untuk Reusable Containers (Packaging-Free Incentive)Target: Mengurangi styrofoam dan cup plastik 60-70% dalam 6 bulan Implementasi: a) Reusable Container Library
b) Dynamic Pricing untuk Incentivize
c) Vendor Partnership & Compliance
Expected Impact:
Solusi 2: Food Waste Reduction melalui Portion Control & Composting LoopTarget: Mengurangi food waste 50% dan create closed-loop organic system Implementasi: a) Flexible Portion Options (Supply Side)
b) Consumer Awareness Campaign (Demand Side)
c) Organic Waste Composting Facility
Expected Impact:
Solusi 3: Bulk Dispensing System & "Bring Your Own" (BYO) IntegrationTarget: Eliminasi sachet dan single-serve packaging 80% dalam 1 tahun Implementasi: a) Replace Sachet dengan Refill Stations
b) "BYO" Incentive untuk Kopi/Minuman
c) Vendor Education & Compliance
d) Consumer Behavior Change
Expected Impact:
KesimpulanObservasi mengungkapkan bahwa perilaku konsumsi tidak berkelanjutan di kantin kampus didominasi oleh convenience culture, absence of economic incentives, dan lack of infrastructure untuk alternatif berkelanjutan. Ketiga solusi yang diajukan—reusable container system, food waste reduction program, dan bulk dispensing—bersifat complementary dan scalable, dengan estimated total capex Rp 50-75 juta untuk kantin berkapasitas 1.000+ visitors/hari, namun dapat achieve payback dalam 12-18 bulan melalui reduced waste management cost, packaging fee revenue, dan operational efficiency. Yang terpenting, solusi ini tidak hanya mengandalkan voluntary behavior change, tetapi redesign system architecture (default choices, pricing structure, infrastructure availability) sehingga pilihan berkelanjutan menjadi the path of least resistance—sejalan dengan prinsip behavioral economics bahwa "the best way to change behavior is to change the environment."
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar